Rabu, 04 Juni 2008

KRIMINALITAS INTELEKTUAL

KRIMINALITAS INTELEKTUAL
(sebuah potret politik Indonesia di Orde Baru)‎

Tanpa menunggu komando dari kami
api perperangan telah dinyalakan
para serdadu beringas, taat perintah
maju, menyerbu, membunuh dan membumi hangus
sekalipun mereka tak pernah mengerti;‎
untuk kepentingan siapa mereka bertempur?‎

Tanpa menunggu izin dari kami
kekuasaan telah disalah-gunakan
orang-orang kecil dipertakuti, birokrasi dipersulit
embiro bumi dikuras, hutan-hutan dipangkas
sementara masih ribuan jiwa yang belum sempat memiliki;‎
segenggam tanah harapan, atau sepuntung ranting
untuk penyangga tulang rapuh
Lalu, siapakah yang telah mengantongi segenap kemakmuran?‎

Tanpa meminta restu dari kami
ratusan tempat maksiat telah dialokasikan
dan dilindungi secara hukum
taring-taring ulama telah dicopot dengan suka rela‎
dengan iming-iming pemberian sebuah taring yang lebih runcing‎
pintu-pintu mesjid ditutup dengan dalih toleransi
senandung-senandung kebenaran dipudurkan;‎
demi menjaga stabilitas nasional
Lalu, siapakah gerangan yang telah memonopoli hak bicara?‎

Tanpa meminta pendapat dari kami
kemunafikan telah diharuskan; dikalangan umara’ dan ulama’‎
dikalangan penguasa dan pengusaha, dikalangan pedagang dan pegadang, dikalangan kiai dan pegawai, bahkan sampai ke kalangan pembidik dan pendidik
Lalu, siapakah yang berani tampil untuk meng-antisipasi realita ini?‎

Tanpa menghiraukan kejengkelan kami
nurani-nurani rakyat telah di-bui-kan
kepala-kepala wanita telah mnggelinding
lidah-lidah mubaligh telah terkudung
tinta-tinta para kritikus telah beku
sementara para koruptor tidur mendengkur kekenyangan
Lalu, masih adakah mata hati yang bisa melihat kasus ini?‎

Tanpa menghiraukan kebencian kami
wanita-wanita telah dikemas sedemikian rupa untuk dipromosikan
anak-anak telah diracuni dengan berbagai mainan‎
remaja-remaja dikultuskan untuk lupa diri
orang-orang pintar dan jujur telah dikelabui
dengan muslihat yang prima licik
bahakan kematian para pejuang diperingati dengan penuh rasa kegembiraan
sementara para pengkhianat tersenyum simpul ‎
dibawah kekarnya backing
Lalu, akankah dihukum setiap orang yang ikut prihatin?‎

Bilamana kami sedang melepas lelah di pembaringan reot kami
sebuah keculasan telah ditransaksikan
para pemilik setiap gedung tua harus pasrah, karena zaman menghendaki, tamu harus lebih berkuasa ketimbang tuan rumah,‎
oooh… gedung-gedung tua!‎
Apakah kami masih bisa mencium aromamu?‎
Apakah kami masih bisa berbangga dengan kokohnya wibawamu?‎
dan Apakah generasi kami masih punya kesempatan untuk memadukan‎ suara lantangnya Takbir yang terkumandang dari jendela-jendelamu?‎

Bilamana kami didiskriditkan dengan tudingan-tudingan buta
Teori-teori Lenin telah kembali dipraktikkan, dan slogan-slogan
hampapun diterakkan; Demi kebangkitan, demi kejayaan masa depan,‎ bergabunglah kalian dengan kami, berbarislah kalian dibelakang kami dan, ikhlaskanlah diri kalian jadi korban demi cita-cita
wah….wah, alangkah wanginya ucapan mereka‎
tapi, siapakah yang sanggup menjamin ketulusan mereka?‎
Ataukah ada orang yang mampu, mencium bau amis ambisi mereka?‎

Kalian tak perlu heran! kenapa mereka ber-perisrigala
keadaan yang memaksa, mereka harus membeli anting, giwang,‎
tusuk konde serta tusuk gigi untuk sang isteri
mereka harus membeli boneka, komik-komik serta sepeda-ria
untuk sang anak, dan betapa dungunya mereka, karena tak pernah menyadari;‎ bahwa kebangkangan dan kekurang-ajaran tumbuh subur dalam jiwa orang-orang yang mereka manjakan

kalian tak perlu menangis!‎
karena setetes air ludah mereka lebih dihargai daripada selaut
air mata penderitaan kalian
Kalian jangan terlalu sedih dan pesimis! Karena kekuasaan
dan kelemahan akan dipergulirkan menurut orbit Qudraty
berbenah, berbenah dan bersiaplah!‎
untuk menyirnakan kemungkaran syahwaty.‎

Saat ini, mungkin kini golongan yang lemah, tapi kita tak boleh minder dan lari, karena kita tak punya alibi atas segala insident yang terjadi‎, kita harus mau membuka fakta dan tampil memberikan kesaksian:‎

Tentang omong kosong para komentator
tentang penyalahan bahasa oleh para komunikator
tentang pemalsuan sikap yang dilakukan oleh para pengaman
tentang kekeliruan nilai oleh para pengamat
tentang pelecehan norma oleh para penegak
tentang kesalahan tekhnis oleh para penggerak
tentang pemerkosaan etika oleh para pakar
tentang penyuburan koedukasi oleh para pendidik
tentang kecaman dari para penindas
tentang kealpaan waskat oleh para petugas
tentang legalisasi untuk mendirikan tempat-tempat mesum
tentang kasasi untuk para penjahat
tentang rekomendasi yang diberikan kepada para penipu
tentang janji-janji untuk para si tamak
tentang cekal terhadap para orator
tentang pandangan sinis terhadap para pahlawan
tentang peluang kerja yang diprioritaskan untuk perempuan-perempuan cantik
tentang tingkat kemandulan pria yang semakin memuncak
tentang penyempitan ruang gerak terhadap para daĆ­
tentang pencabutan SK seorang guru yang terlalu banyak tahu

Kita harus tegak menjadi saksi:‎
Tentang sekodi lagi kejahatan para pembesar
Tentang sekodi lagi permainan kotor para pemegang saham
Tentang sekodi lagi sifat penggecut para penjilat
Tentang sekodi lagi kelonggaran sensor terhadap budaya-budaya iblis
Tentang sekodi lagi kekacauan yang dicetuskan oleh para teroris berdasi
Tentang sekodi lagi politik busuk untuk memperkaya diri
Tentang berkodi-kodi lagi kriminalitas yang diorganisir oleh orang-orang yang menyandang predikat intelek.‎

Yaa, kita harus bersaksi, kita harus bikin laporan, kita harus
ajukan tuntutan. Tapi, kepada siapakah keadilan itu akan dituntut?‎
ataukah kita akan mengadili mereka dengan cara kita sendiri?‎
ah, tak mungkin, tangan kita terlalu lunglai untuk itu.‎
Untuk sementara, kita hanya mampu berkata:‎
Oi…, kaliankalian yang merasa sudah besar!‎
janganlah kalian terlalu mengagung-aguangkan logika!‎
janganlah kalian menafikan ke-eksis-an Sang Pencipta dalam pergulatan aktivitas kalian!‎
Kami sarankan kepada kalian: merenung! Merenung! dan merenunglah sejenak!‎
Dan luangkanlah sedikit waktu untuk menanyai nurani kalian: ‎
Kita ini siapa? Pencipta itu siapa?‎
Kita ini terbuat dari apa? Bila mati akan jadi apa?‎
Kita ini berasal dari mana? Dihidupkan untuk mengapa? Dan
Kita akan kembali kemana? ? ?‎

Bukittinggi, 10 Oktober 1995‎
M. Syukri Usman

Kamis, 22 Mei 2008

MUHAMMAD DAN DRAMA SANG GURU

MUHAMMAD DAN DRAMA SANG GURU

Muhammad! Kami yakin Kau adalah Rasul sejati
Kau tak pernah berbuat semau-mu, berucap semau-mu
dan berisyarat semau-mu, karena Kau selalu dituntun Wahyu
meskipun kami tak bersua dengan-mu
kami rasakan kehadiran-mu, tanpa Kau, kami tak‎
kenal Allah, tak kenal dosa,amal, shalat, do’a dan dzikir
tak ada wahyu sesudah-mu, kami terima Kau sepenuh hati

Hati penuh, hati tenang, hati tentram
Tiba-tiba ada yang usik, siapa-dari mana, ndak tahu‎
suaranya sayup, dia memuji sang guru, katanya: “ Guruku pintar;‎
pintar baca, pintar tulis, pintar ngoceh, rayu, bohong…apa itu
Muhammad,‎ buat apa tulis ucapan Muhammad, siapa hirau Muhammad,
Dia sendiri ‎bilang tak usah tulis. Aku lebih butuh ucapan guru, gurukulah nabiku”.‎
oooh Muhammad! Ucap-mu dipakai ntuk tolak sabda-sabda-mu.‎

Hati terusik, hati bengis, hati gusar
kami cari asal suara, Widia Candra naganya‎
kami datang, kami lapor gardu jaga, kami tak bisa masuk‎
boss sedang menjamu Tuhan, Tuhan makan siang
Tuhan akrab dengan boss, boss sering nyebut Nama-Nya
menarik sekali, terus… boss berguru pada nabi, ingin jadi nabi‎
Nabi yang punya segala, yang suka menderma pada orang‎
yang mau menabikannya
ooo…. Pantas kami tak pernah kebagian dzakat hartanya
habis kami tidak…………………………‎

Tinggalkan gardu, tinggalkan boss, tinggalkan Tuhan yang sedang makan
kami pulang, kami gentar, kami ,masih gusar
biarlah, dikampung mungkin ada tentram, harum tanah,‎
damai suasana, lembut belai ibu, ibu yang dulu beritahu
bahwa tak ada lagi Nabi setelah Muhammad

Merah api, bakar musnah, tak cari sebab, ratusan jiwa gamang
goyang, hampir pingsan, pilar tlah meng-abu,‎
masih ada hati, kepinglah sedikit, gadai, toloooong….!‎
Ha…ha…ha.., tak usah rusuh, hilangkan bingung
akulah si boss datang bersama Tuhan
nabikanlah aku! Jangan graha, kisra-pun kan kucipta
Tuhan berkenan memilih kalian

Susun bata, aduk pasir, berdiri megah, ramai, semakin ramai masai
kemana ilmu-ilmu yang tlah didapat? Dibuang, dibekukan, dipetikan? Sis-sia
rangkul yang mau, bujuk yang malu, tendang yang acuh, peduli apa kata orang-orang
oh Tuhan! Janganlah bergurau dengan kami, benarkah Kau pilih
mereka menjadi nabi-Mu? Kami tak lihat mereka menda’wahi fir’un
fir’un yang masih hidup kini, bukankah tidak seorang nabipun
yang Kau janjikan‎ sesudah Muhammad kekasih-Mu itu?‎

Yaa Allah! Ampuni kami bila salah, tunjuki mereka bila keliru,‎
Dan kepada-Mu kami adukan; bahwa segenggam cahaya dari timurpuntlah pudar‎
lebur bersama mereka
, inikah drama sang guru itu?‎

M. Syukri Usman, Mei 1994‎

Sebuah refleksi dari kebakaran sebuah Pondok Pesantren yang terletak sebelah utara Kota Padang Panjang, dalam waktu yang relatif singkat‎ berdiri kembali denga bangunan yang jauh lebih dari pada sebelumnya.

Minggu, 18 Mei 2008

4 RACUN HATI

4 RACUN HATI  Oleh : Abdullah Shalih Al-Hadrami 27 Juli 2004
Disalin dari majalah As-Sunnah 09/VII/1424H hal 21 - 26.

Segala puji hanya bagi Allah. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
Rasulullah, keluarganya, para sahabat dan para pengikut yang setia sampai hari kiamat.
Amma ba'du. Allah berfirman:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabnya. (Al-Isra': 36)
Sesuatu yang paling mulia pada diri manusia ialah hatinya. Peran hati terhadap seluruh anggota badan, ibarat raja terhadap para prajuritnya. Semua bekerja atas dasar perintahnya dan tunduk kepadanya. Pada kemudian hari nanti, hati akan ditanya tentang para prajuritnya. Sebab setiap pemimpin itu bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.
Rasulullah bersabda:
Ketahuilah, di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hat. (HR. Bukhari dan Muslim)
Abu Hurairah berkata,
Hati adalah raja anggota tubuh. Dan anggota tubuh adalah para prajuritnya. Apabila raja baik, maka baik pulalah para prajuritnya. Dan apabila raja busuk, maka busuk pulalah para prajuritnya.
 

Hati adalah raja. Seluruh tubuh adalah pelaksana semua titahnya yang selalu siap untuk menerima arahannya. Aktivitasnya tidak dinilai benar, jika tidak diniatkan dan dimaksudkan oleh sang hati. Pada kemudian hari, hati akan ditanya tentang para prajuritnya. Sebab setiap pemimpin itu bertanggungjawab atas yang dipimpinnya.
Maka, memperhatikan dan meluruskan hati merupakan perkara yang paling utama untuk diseriusi oleh orang-orang yang menempuh jalan menuju Allah. Demikian pula, dengan mengkaji penyakit-penyakit hati dan metode mengobatinya, merupakan bentuk ibadah yang utama bagi ahli ibadah.
Perumpamaan hati, ialah seperti sebuah benteng. Sedangkan syetan merupakan musuh yang hendak masuk ke dalam benteng tersebut, hendak menguasai dan merebutnya. Benteng tidak akan terlindungi, kecuali dengan menjaga pintu-pintunya.
Orang yang tidak mengetahui pintu-pintu itu, tidak akan bisa menjaganya.
Jadi, seseorang tidak bisa mengusir syetan kecuali dengan mengetahui pintu-pintu masuk yang dilewati syetan. Pintu-pintu masuk itu adalah sifat-sifat manusia yang jumlahnya sangat banyak. Dan kami akan menyebutkan empat pintu masuk syetan yang paling banyak tersebar dan berbahaya.
Ketahuilah, hati dapat rusak sebagaimana halnya badan. Dan setiap kemaksiatan adalah racun hati. Ia menjadi penyebab sakit dan kehancurannya, memalingkan dari kebaikan dan menambah parah penyakitnya.
Hati adalah pusat ilmu dan ketaqwaan, cinta dan benci, keragu-raguan dan bencana.
Dialah yang tahu tentang Allah, dan jalan menuju kepadaNya. Dan anggota tubuh ini tidak lain hanyalah mengikuti dan berkhidmat kepadanya.
Para salaf memperoleh kemenangan yang besar dan sangat unggul. Tidak lain karena kualitas mereka dalam ibadah-ibadah hati. Keistimewaan mereka dalam hal ini tidak ada tandingannya. Abdullah bin Mubarak berkata,
Kulihat dosa-dosa itu mematikan hati
Membinasakannya mengakibatkan kehinaan
Meninggalkan dosa adalah kehidupan bagi hati
Selalu menjauhinya adalah yang terbaik bagi anda.
Allah berfirman,
(yaitu) pada hari harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat. (Asy Syu'ara: 88 - 89)

Hati yang sehat adalah hati yang selamat. Hati yang selamat didenisikan sebagai hati yang terbebas dari setiap syahwat, keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah, dan dari setiap syubhat, ketidakjelasan yang menyeleweng dari kebenaran.
Maka, barangsiapa menginginkan keselamatan dan kehidupan bagi hatinya, hendaklah ia membersihkan hatinya dari pengaruh racun-racun itu. Kemudian menjaganya, jangan sampai ada racun lain yang menggrogotinya.
Adapun jika tanpa sengaja ia mengambil salah satunya, ia mesti bersegera untuk membuangnya dan menghapus pengaruhnya dengan cara bertaubat, beristighfar dan mengerjakan amal shalih yang dapat menghapus kesalahan.
Yang dimaksud dengan empat racun hati yaitu:
1. Banyak bicara
2. banyak memandang
3. banyak makan dan minum
4. banyak bergaul dengan sembarang orang
Keempat racun ini merupakan sumber yang paling banyak tersebar, dan paling berbahaya bagi kehidupan hati.

1. Banyak Bicara
Lidah mempunyai pengaruh yang sangat besar. Keimanan dan kekaran bisa tampak melalui lihad (syahadat). Barangsiapa melepaskan tali kendali lidahnya, maka syetanpun akan memperdayanya dari segala penjuru, sehingga menggiringnya menuju tepian jurang, kemudian menjatuhkannya sampai ke dasar.
Dari Mu'adz, dari Rasulullah bersabda,
Dan tiadalah yang menelungkupkan wajah atau batang hidung manusia ke dalam api neraka, melainkan karena ulah lidahnya.
HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim, shahih.
Banyak ayat Al Qur'an dan sabda Rasulullah serta ucapan salafush shalih yang memperingatkan kita dari bahaya dan kerusakan lidah. Diantaranya firman Allah,
Tiadalah suatu perkataan pun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS Qaf: 18).
 

Dari Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqa berkata,
aku bertanya, "Ya Rasulullah, apakah yang paling anda takutkan terhadap diri saya?" Beliau bersabda, "Ini." sambil memegang lidahnya.
HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah, Al Hakim dan Ad Darimi, shahih.
Dari Uqbah bin Amir berkata, "Ya Rasulullah, apakah keselamatan itu?" Beliau bersabda, "Peliharalah lidahmu."
HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Mubarak, shahih
Beliau bersabda pula,
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah, bahwasanya ia mendengar Rasulullah bersabda,
Sesungguhnya, seorang hamba berbicara dengan sebuah pembicaraan yang jelas (ia anggap biasa); ternyata hal itu membuat ia tergelincir ke dalam api neraka lebih jauh dari pada jarak timur dan barat. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abdullah bin Mas'ud, ia berkata,
Demi Allah, tiada tuhan yang pantas disembah selain Dia. Tiada sesuatu pun yang lebih pantas untuk dipenjara lebih lama, (kecuali) dari lidahku.
Beliau juga berkata,
Wahai lidah, berkatalah yang baik, kamu akan beruntung. Dan Diamlah dari yang buruk, (maka) kamu akan selamat, sebelum kamu menyesal.
Dari Abu Darda' berkata,
Berlakulah adil terhadap dua telinga dari lidah. Dijadikan untuk anda dua telinga dan satu lidah, supaya anda lebih banyak mendengar daripada berbicara.
Bencana lidah yang paling ringan yaitu berbicara tentang sesuatu yang tidak berfaidah.
 
 

2. Banyak Memandang
Yang dimaksud dengan banyak memandang, yaitu melepaskan pandangan kepada sesuatu dengan sepenuh mata, dan memandang kepada yang tidak halal untuk dipandang. Allah berfirman,
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya"; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.
Katakanlah kepada wanita yang beriman, "Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutup kain kudung kedada
mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan Janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung. (QS An-Nur: 30 - 31)
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah bersabda,
Telah ditetapkan kepada manusia bagiannya dari perzinahan, ia pasti melakukan hal itu. Kedua mata, zinanya ialah memandang. Kedua telinga, zinanya adalah mendengar. Lidah, zinanya adalah berbicara, Tangan, zinanya adalah memukul (meraba). Kaki, zinanya adalah melangkah.
Hati, berkeinginan dan berangan-angan. Dan yang membenarkan atau menggagalkan semua itu, adalah kemaluan.
 HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad.

Dari Jarir berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah tentang pandangan yang tiba-tiba (tidak sengaja). Beliau menjawab, "Alihkan pandanganmu."
HR. Muslim, At-Tirmidzi, Ad-Darimi dan Ahmad.
Berlebihan memandang dengan mata, menimbulkan anggapan indah terhadap apa yang dipandang dan mepertautkan hati yang memandang kepadanya. Selanjutnya, terlahirlah berbagai kerusakan dan bencana dalam hatinya, diantaranya:
1. Pandangan adalah anak panah beracun di antara anak panah Iblis
Barangsiapa menundukkan pandangannya karena Allah, Dia akan memberikan kepadanya kenikmatan dan kedamaian dalam hatinya, yang ia rasakan sampai bertemu dengan-Nya.
2. Pandangan merupakan pintu masuk syetan
Sesungguhnya masuknya syetan lewat jalan ini melebihi kecepatan aliran udara ke ruang hampa. Syetan akan menjadikan wujud yang dipandang seakan-akan indah, menjadikannya sebagai berhala tautan hati.
Kemudian mengobral janji dan angan-angan. Lalu syetan menyalakan api syahwat, dan ia lemparkan kayu bakar maksiat. Seseorang tidak mungkin melakukannya tanpa ada gambaran wujud yang dipandangnya.
3. Pandangan menyibukkan hati, menjadikannya lupa terhadap hal-hal yang bermanfaat baginya, dan menjadi penghalang antara keduanya.
Akhirnya urusannya pun menjadi kacau. Dia menjadi selalu lalai dan mengakui
hawa nafsunya. Allah berfirman,
Dan janganlah kamu taat kepada orang yang telah Kami lalaikan hatinya dari dzikir kepada Kami dan mengikuti hawa nafsunya serta urusannya kacau-balau. (QS. Al-Kah: 28)
Demikianlah, melepaskan pandangan secara bebas mengakibatkan tiga bencana ini.
Para dokter hati (ulama') bertutur,
Antara mata dan hati ada kaitan yang sangat erat. Bila mata telah rusak dan hancur, maka hatipun rusak dan hancur. Hati seperti ini, ibarat tempat sampah yang berisikan segala najis, kotoran dan sisa-sisa yang menjijikkan.
Ia tidak layak dihuni cinta dan ma'rifatullah, tidak akan merasa tenang dan damai bersama Allah, dan tidak akan mau inabah (kembali) kepada Allah.
Yang bersemayam di dalamnya adalah yang berlawanan dengan semua itu.
Membiarkan pandangan lepas adalah maksiat kepada Allah dan dosa, sebagaimana
firmanNya pada Al-Qur'an surat An-Nur ayat 30 dan 31 yang telah disebutkan.
Allah berfirman,
Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat, dan apa yang disembunyikan oleh hati. (QS Al-Mukmin: 19)
Membiarkan pandangan lepas menyebabkan hati menjadi gelap, sebagaimana menahan pandangan menyebabkan hati bercahaya.
Bila hati telah bersinar, maka seluruh kebaikan dari segala penjuru akan masuk ke dalamnya. Sebaliknya apabila hati telah gelap, maka berbagai keburukan dan bencana akan masuk ke dalamnya, dari segala penjuru.
Seorang yang shalih berkata,
Barangsiapa mengisi lahirnya dengan mengikuti sunnah, mengisi batinnya dengan muraqabah (merasa diawasi Allah), menjaga pandangannya dari yang diharamkan, menjaga dirinya dari yang syubhat (belum jelas halal haramnya), dan hanya memakan yang halal, rasatnya tidak akan meleset.

3. Banyak Makan dan Minum
Nafsu perut adalah termasuk perusak yang amat besar. Nafsu ini pula, yang menyebabkan Adam dikeluarkan dari Surga. Dari nafsu perut pula, muncul nafsu kemaluan dan kecenderungan kepada harta benda. Yang akhirnya disusul dengan berbagai bencana yang banyak. Semua ini berasal dari kebiasaan memenuhi tuntutan perut.
Sedikit makan itu melembutkan hati, menguatkan daya pikir, serta melemahkan hawa nafsu dan sifat marah. Sedangkan banyak makan, akan mengakibatkan sebaliknya. Allah berfirman,
Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS Al-A'raf: 31)
Dari Miqdam bin Ma'di Karib berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda,

Janganlah manusia memenuhi sebuah tempat yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah bagi manusia beberapa suapa (tiga sampai sembilan), untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak bisa, maka sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum dan sepertiga untuk bernafas.
HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, shahih.
Ibnu Abbas berkata,
Allah menghalalkan makan dan minum, selama tidak berlebih-lebihan dan tidak ada unsur kesombongan.
Berlebihan dalam makan, dapat mengakibatkan banyak hal buruk. Ia menggerakkan anggota tubuh untuk melakukan maksiat, serta menjadikannya merasa berat untuk taat dan ibadah. Cukuplah dua hal ini sebagai suatu keburukan.
Dari Utsman bin Za'idah berkata, Sufyan Ats-Tsauri berkirim surat kepadaku:
Apabila engkau ingin badanmu sehat dan ringan tidurmu, maka sedikitkanlah makanmu.
Sebagian salaf berujar,
Sebagian pemuda Bani Israil berta'abud (berpuasa sambil berkhalwat). Bila telah datang masa berbuka, salah seorang dari mereka berkata, "Jangan makan banyak-banyak, sehingga minum kalianpun banyak. Lalu tidur kalian juga banyak, akhirnya kalian banyak merugi."
'Aisyah meriwayatkan, sejak masuk Madinah, keluarga Rasulullah belum pernah merasa kenyang oleh roti gandum selama tiga hari berturut-turut, sampai beliau wafat. (HR. Bukhari dan Muslim)
Amir bin Qais berkata,
Berhati-hatilah engkau dari banyak makan. Karena hal itu menyebabkan kerasnya hati.
Abu Sulaiman Ad-Darimi berkata, "Kunci dunia adalah kenyang, sedangkan kunci akhirat adalah lapar."
Al-Harits bin Kaladah -salah seorang pakar kedokteran Arab pada masa lalu berkata,
"Menjaga diri dari makanan (melebihi yang diperlukan), merupakan pangkal penyakit.
Al-Harits berkata pula,
Yang membunuh manusia dan membinasakan binatang-binatang buas di dunia ini, ialah memasukkan makanan di atas makanan sebelum selesai pencernaan.
Ibrahim bin Adham berkata,
 

Barangsiapa memelihara perutnya, akan terpeliharalah diennya (agamanya). Dan
barangsiapa mampu menguasai rasa laparnya, akan memiliki akhlak yang terpuji.
Sesungguhnya, kemaksiatan kepada Allah itu jauh dari seorang yang lapar dan dekat
dengan seorang yang kenyang.

4. Banyak Bergaul Dengan Sembarang Orang
Ini merupakan penyakit berbahaya yang mengakibatkan banyak keburukan. Ia dapat
menghilangkan nikmat dan menebarkan permusuhan. Ia juga menanamkan kedengkian
yang dahsyat, serta mengakibatkan kerugian dunia dan akhirat.
Dalam bergaul, hendaknya kita mengklasikasikan (membagi) manusia menjadi dua
kelompok, yang baik dan buruk. Ketidakmampuan kita membedakan dua kelompok ini,
dapat membawa bencana. Allah berfirman,
Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tangannya, seraya
berkata, "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan
besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan fulan itu teman akrab(ku).
Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur'an, ketika Al-Qur'an itu telah
datang kepadaku." Dan adalah syetan itu tidak mau menolong manusia. (Al-Furqan:
27 - 29)
Allah berfirman pula,
Teman-teman akrab para hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang
lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa. (Az-Zukhruf: 67)
Rasulullah bersabda,
Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk, adalah seperti penjual minyak
wangi dan peniup api (pandai besi), adakalanya memberi anda (minyak wangi), atau
anda membeli darinya, atau anda mendapat bau wangi darinya. Adapun peniup api
(pandai besi), adakalanya membakar pakaian anda, atau anda mendapatkan bau yang
kuran gsedap darinya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah bersabda,
Seseorang itu mengikuti agama sahabatnya. Maka, hendaklah kalian memperhatikan
siapa sahabat kalian.
Hadits hasan, diriwayatkan Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi.
Rasulullah bersabda,
Janganlah anda berteman melainkan dengan orang mukmin dan janganlah memakan
makananmu, kecuali orang bertaqwa. HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Abu Dawud dengan sanad yang hasan.

Berkata Umar bin Khathab,
Janganlah anda berjalan bersama orang fajir (yang bergelimangan dalam dosa),
karena dia akan mengajarkan kepada anda perbuatan dosanya.
Berkata Muhammad bin Wasi',
Tiadalah tersisa dari kenikmatan dunia, selain shalat berjama'ah dan berjumpa
dengan teman (yang shalih).
Berkata Bilal bin Sa'ad,
Saudaramu yang selalu mengingatkanmu akan kedudukanmu di sisi Allah adalah lebih
baik bagimu, daripada saudaramu yang selalu memberimu dinar (harta benda).
Berkata sebagian salaf,
Orang yang paling lemah (tercela), yaitu orang yang tidak mau mencari teman (yang
baik). Dan yang lebih lemah (tercela) daripadanya, ialah orang -yang apabila telah
mendapatkan teman (yang baik)- ia menyiakannya.
Alangkah bahagianya, apabila kita diberi rezki oleh Allah berupa teman yang shalih.
Teman yang selalu mengingatkan dan menasihati kita untuk tetap istiqamah, sehingga
kita selamat dari api neraka dan masuk ke dalam surga. Itulah teman yang baik dan
bermanfaat di dunia dan akhirat.
Semoga Allah senantiasa menyelamatkan hati kita dari segala racun dan kotorannya,
sehingga kita selalu bersih dan bersinah sampai berjumpa denganNya. Amin, ya rabbal
'alamin.

Pustaka
[1] Al-Misbahul Munir Fi Tahdzib Tafsir Ibn Katsir, Jama'ah Minal Ulama', Isyraf Asy-
Syaikh Shayyur Rahman Al-Mubarakafuri, Daar As-Salam, Riyadh.
[2] Tazkiyatun Nufus, Syaikh Ahmad Farid, Edisi revisi hanya memuat hadits-hadits
shahih. Cetakan tahun 1419H / 1998M, Daar Al-Aqidah Litturats, Iskandariyah.
[3] Tazkiyah An-Nafs, Syaikh Ahmad Farid, Edisi lama (belum direvisi), terjemahan
Indonesia. PenterjemahL Imtihan Asy-Sya'i, Pustaka Arafah.
[4] Jami' Al-Ulum Wal Hikam, Ibnu Rajab, tahqiq Syu'aib Al-Arnauth dan Ibrahim
Bajis, Muassasah Ar-Risalah, Beirut.
[5] Al-Mukhtar Lil H

DALAM

M. SYUKRI USMAN

“ DALAM “

Dalam ketulusan Tahlilmu, kau ikrarkan
Tiada Tuhan selain Allah, diluar itu
Kau menuhankan nafsu,hobi dan kesibukan
Kau bukanlah kau.

Dalam semangat Takbirmu, kau teriakkan
Kebesaran Allah, diluar itu
Kau membesarkan pangkat, harta dan kemewahan
Kau bukanlah kau

Dalam kekhusukan Tahmidmu, kau lanturkan
Selaksa Pujian untuk Allah, diluar itu
Kau memuji uang, kekuasaan dan kelicikan
Kau bukanlah kau

Dalam kesyahduan Tasbihmu, kau untaikan
Kata-kata untuk mensucikan Allah, diluar itu
Kau menganggap suci besi, kayu dan kertas-kertas bergambar
Kau bukanlah kau

Dalam kesunyian Tafakkurmu, kau ingin
Untuk menjadi diri-sendiri, diluar itu
Aturan main dalam lingkunganmu telah mengikatmu
Dan kau masih saja bukan kau

Begitu kuatkah ikatan yang mengekang ?
Begitu sabarkah engkau untuk selalu berpura-pura ?
Begitu tabahkah engkau untuk mendekam dalam bui syahawatmu ?
Keluarlah, selagi kesempatan masih kau miliki !

“ Dalam “ adalah Sebuah alternatif untuk melepaskan diri dari kealfaan dan ketidak-mampuan untuk berlaku jujur, ikhlas dan menyadari kesalahan.